Cyanobacteria Si Kecil yang Kaya Potensi
Populasi manusia di Bumi tumbuh setiap harinya. Pertambahan jumlah manusia tersebut berdampak pada standar hidup dan beberapa masalah lingkungan yang mengakibatkan antropogenik, polusi di laut.
Tak hanya itu, banyaknya anak yang dilahirkan oleh setiap pasang manusia mendorong menurunnya ketersediaan lahan subur karena dijadikan perumahan dan bangunan. Dampak lainnya adalah menyusutnya sumber daya yang tidak dapat diperbarui seperti minyak dan gas.
Kementerian dan Penelitian Jerman melihat ini sebagai ancaman yang nyata. Oleh karena itu, Jerman kini mendedikasikan Tahun Sains 2020/21 dengan topik Bioekonomi yang tujuannya untuk menanggulangi tantangan nyata tersebut.
Yang menjadi 'Bintang' pada acara tersebut adalah protein, alga, mikroorganisme, dan makhluk kecil lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Para peneliti di Jerman yang mengikuti perhelatan acara tersebut sekarang akan fokus pada beberapa species kecil tertua dari golongan Cyanobacteria.
Sebagai informasi, Cyanobacteria atau dikenal masyarakat Indonesia dengan nama ganggang hijau biru memiliki habitat yang cukup luas persebarannya. Ia bisa dijumpai di perairan, tanah dan batu-batuan.
Saat ini terdapat sekitar 2000 species Cyanobacteria dan beberapa jenis darinya yang telah diteliti secara ringkas.
Dr. Paul D'Agostino, Profesor Tobias Gulder dan timnya serta Michelle Gehringer dari TU Kaiserslautern, Michael Lakatos, dan Patrick Jung dari Hochschule Kaiserslautern menggelar penelitian Cyanobacteria. Nantinya, hasilnya diperkirakan dan memberi kontribusi inovatif pada bidang bioekonomi masa depan.
"Mikroorganisme menghasilkan molekul organik yang berharga dengan potensi besar yang dapat digunakan pada beberapa bidang kehidupan manusia," sebut Gulder. "Pengetahuan tentang organisme yang tidak biasa seperti Cyanobacteria penting karena bisa jadi menghasilkan agen bioaktif baru," sebutnya.
Penemuan molekul bioaktif baru ini dapat digunakan untuk penelitian baru lainnya yang termasuk di dalamnya dalam urusan medis dan bioteknologi. Contohnya adalah untuk memerangi virus corona dan perkembangan vaksinnya.
"Dalam lingkup proyek ini, kami selaku peneliti ingin menyelidiki potensi genetik dari Cyanobacteria untuk produksi bahan aktif farmasi yang inovatif," jelas Gulder, seperti dikutip dari laman Phys.org.
Baca juga:
- Terungkap Bagaimana Zaman Es di Bumi Berakhir
- Kadar Fruktosa Tinggi Sebabkan Perilaku Agresif, ADHD dan Bipolar
- Cara Virus Covid-19 Nonaktifkan Alarm Tubuh Manusia
Sebagai langkah awal, tim peneliti secepatnya akan memprediksi potensi senyawa alami dengan mengurutkan genom dan selanjutnya analisis bioinformatik. Hasilnya kemudian dapat diterjemahkan oleh metode modern biologi sintetik dan bioteknologi yang akan mencari senyawa baru yang terkandung dalam Cyanobacteria.
Langkah terakhir, proyek ini akan berfokus pada produksi dan karakterisasi senyawa alami yang ditemukan dan beberapa penerapan enzim yang menghasilkan senyawa ini sebagai biokatalis untuk pengembangan proses kimia yang berkelanjutan.
Cyanobacteria boleh jadi berukuran kecil, namun ia kaya manfaat dan juga bahaya. Sebenarnya di Indonesia sendiri Cyanobacteria ini keberadaannya melimpah namun kebanyakan dari jenis ini diklaim beracun.
Namun dengan penanganan yang tepat dan penelitian yang ketat, siapa sangka organisme beracun sekalipun dapat menjadi bermanfaat demi kelangsungan hidup manusia.